PERINGATAN MAULID NABI SAW - Hubbun Nabi SAW
Headlines News :

NU

s

s

Kubah Masjid Rasulullah Muhammad SAW

Kubah Masjid Rasulullah Muhammad SAW

Shalawat Jalan Selamat

Shalawat Jalan Selamat
Home » » PERINGATAN MAULID NABI SAW

PERINGATAN MAULID NABI SAW

Written By ahmadmaslakhudin.blogspot.com on Minggu, 22 April 2012 | 14:44


Ketika  kita  membaca  kalimat  diatas  maka  didalam  hati  kita  sudah  tersirat  bahwa kalimat  ini  akan  langsung  membuat  alergi  bagi  sebagian  kelompok  muslimin,  saya akan meringkas penjelasannya secara ‘Aqlan wa syar’an, (logika dan syariah). 
Sifat manusia cenderung merayakan sesuatu yang membuat mereka gembira, apakah keberhasilan,  kemenangan,  kekayaan  atau  lainnya,  mereka  merayakannya  dengan pesta,  mabuk  mabukan,  berjoget  bersama,  wayang,  lenong  atau  bentuk  pelampiasan kegembiraan lainnya, demikian adat istiadat diseluruh dunia. Sampai disini saya jelaskan dulu bagaimana kegembiraan atas kelahiran Rasul saw. 
Allah merayakan hari kelahiran para Nabi Nya, Firman Allah : “(Isa berkata dari dalam perut ibunya) Salam sejahtera atasku, di hari kelahiranku, dan hari aku wafat, dan hari aku dibangkitkan” (QS Maryam 33) Firman  Allah  :  “Salam  Sejahtera  dari  kami  (untuk  Yahya  as)  dihari  kelahirannya, dan hari wafatnya dan hari ia dibangkitkan” (QS Maryam 15) Rasul saw lahir dengan keadaan sudah dikhitan (Almustadrak ala shahihain hadits no.4177)
Berkata  Utsman  bin  Abil  Ash  Asstaqafiy  dari  ibunya  yang  menjadi  pembantunya Aminah ra bunda Nabi saw, ketika Bunda Nabi saw mulai saat saat melahirkan, ia (ibu  utsman)  melihat  bintang  bintang  mendekat  hingga  ia  takut  berjatuhan  diatas kepalanya,  lalu  ia  melihat  cahaya  terang  benderang  keluar  dari  Bunda  Nabi  saw hingga  membuat  terang  benderangnya  kamar  dan  rumah  (Fathul  Bari  Almasyhur juz 6 hal 583) 

Ketika Rasul saw lahir kemuka bumi beliau langsung bersujud (Sirah Ibn Hisyam)
Riwayat  shahih  oleh  Ibn  Hibban  dan  Hakim  bahwa  Ibunda  Nabi  saw  saat melahirkan Nabi saw melihat cahaya yang terang benderang hingga pandangannya menembus dan melihat Istana Istana Romawi (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583) 
Malam kelahiran Rasul saw itu runtuh singgasana Kaisar Kisra, dan runtuh pula 14 buah  jendela  besar  di  Istana  Kisra,  dan  Padamnya  Api  di  Kekaisaran  Persia  yang 1000 tahun tak pernah padam. (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583) 
Kenapa kejadian kejadian ini dimunculkan oleh Allah swt?, kejadian kejadian besar ini muncul  menandakan  kelahiran  Nabi  saw,  dan  Allah  swt  telah  merayakan  kelahiran Muhammad  Rasulullah  saw  di  Alam  ini,  sebagaimana  Dia  swt  telah  pula  membuat salam sejahtera pada kelahiran Nabi nabi sebelumnya. 
Rasulullah saw memuliakan hari kelahiran beliau saw  Ketika  beliau  saw  ditanya  mengenai  puasa  di  hari  senin,  beliau  saw  menjawab  :  “Itu adalah  hari  kelahiranku,  dan  hari  aku  dibangkitkan”  (Shahih  Muslim  hadits  no.1162).
dari hadits ini sebagian saudara2 kita mengatakan boleh merayakan maulid Nabi saw asal dengan puasa. Rasul  saw  jelas  jelas  memberi  pemahaman  bahwa  hari  senin  itu  berbeda  dihadapan beliau  saw  daripada  hari  lainnya,  dan  hari  senin  itu  adalah  hari  kelahiran  beliau  saw. Karena  beliau  saw  tak  menjawab misalnya  :  “oh puasa hari  senin itu mulia dan  boleh boleh saja..”, namun beliau bersabda : “itu adalah hari kelahiranku”, menunjukkan bagi beliau saw hari kelahiran beliau saw ada nilai tambah dari hari hari lainnya.
Contoh  mudah  misalnya  zeyd  bertanya  pada  amir  :  “bagaimana  kalau  kita  berangkat umroh  pada  1  Januari?”,  maka  amir  menjawab  :  “oh  itu  hari  kelahiran  saya”.  Nah.. bukankah  jelas  jelas  bahwa  zeyd  memahami  bahwa  1  januari  adalah  hari  yang berbeda dari hari hari lainnya bagi amir?, dan amir menyatakan dengan jelas bahwa 1 januari itu adalah hari kelahirannya, dan berarti amir ini termasuk orang yang perhatian pada hari kelahirannya, kalau amir tak acuh dengan hari kelahirannya maka pastilah ia tak perlu menyebut nyebut bahwa 1 januari adalah hari kelahirannya, dan Nabi saw tak memerintahkan  puasa  hari  senin  untuk  merayakan  kelahirannya,  pertanyaan  sahabat ini  berbeda  maksud  dengan  jawaban  beliau  saw  yang  lebih  luas  dari  sekedar pertanyaannya,  sebagaimana  contoh  diatas,  Amir  tak  mmerintahkan  umroh  pada  1 januari  karena  itu  adalah  hari  kelahirannya,  maka  mereka  yang  berpendapat  bahwa boleh  merayakan  maulid  hanya  dengan  puasa  saja  maka  tentunya  dari  dangkalnya pemahaman terhadap ilmu bahasa.
Orang  itu  bertanya  tentang  puasa  senin,  maksudnya  boleh  atau  tidak?,  Rasul  saw menjawab  :  hari  itu  hari  kelahiranku,  menunjukkan  hari  kelahiran  beliau  saw  ada  nilai tambah  pada  pribadi  beliau  saw,  sekaligus  diperbolehkannya  puasa  dihari  itu.  Maka jelaslah  sudah  bahwa  Nabi  saw  termasuk  yang  perhatian  pada  hari  kelahiran  beliau saw, karena memang merupakan bermulanya sejarah bangkitnya islam. 
Sahabat memuliakan hari kelahiran Nabi saw 
Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra : “Izinkan aku memujimu  wahai Rasulullah..” maka Rasul  saw  menjawab:  “silahkan..,maka  Allah  akan  membuat  bibirmu  terjaga”,  maka Abbas ra memuji dengan syair yang panjang, diantaranya : “… dan engkau (wahai nabi saw)  saat  hari  kelahiranmu  maka  terbitlah  cahaya  dibumi  hingga  terang  benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam  tuntunan  kemuliaan  (Al  Qur’an)  kami  terus  mendalaminya”  (Mustadrak  ‘ala shahihain hadits no.5417)
Kasih sayang Allah atas kafir yang gembira atas kelahiran Nabi saw Diriwayatkan bahwa Abbas bin Abdulmuttalib melihat Abu Lahab dalam mimpinya, dan Abbas  bertanya  padanya  :  “bagaimana  keadaanmu?”,  abu  lahab  menjawab  :  “di neraka,  Cuma  diringankan  siksaku  setiap  senin  karena  aku  membebaskan  budakku Tsuwaibah  karena  gembiraku  atas  kelahiran  Rasul  saw”  (Shahih  Bukhari  hadits no.4813,  Sunan  Imam  Baihaqi  Alkubra  hadits  no.13701,  syi’bul  iman  no.281,  fathul baari Almasyhur juz 11 hal 431). Walaupun kafir terjahat ini dibantai di alam barzakh, namun  tentunya  Allah  berhak  menambah  siksanya  atau  menguranginya  menurut kehendak Allah swt, maka Allah menguranginya setiap hari senin karena telah gembira dengan kelahiran Rasul saw dengan membebaskan budaknya. 
Walaupun mimpi tak dapat dijadikan hujjah untuk memecahkan hukum syariah, namun mimpi  dapat  dijadikan  hujjah  sebagai  manakib,  sejarah  dan  lainnya,  misalnya  mimpi orang  kafir  atas  kebangkitan  Nabi  saw,  maka  tentunya  hal  itu  dijadikan  hujjah  atas kebangkitan  Nabi  saw  maka  Imam  imam  diatas  yang  meriwayatkan  hal  itu  tentunya menjadi  hujjah  bagi  kita  bahwa  hal  itu  benar  adanya,  karena  diakui  oleh  imam  imam dan mereka tak mengingkarinya.
Rasulullah saw memperbolehkan Syair pujian di masjid Hassan  bin  Tsabit  ra  membaca  syair  di  Masjid  Nabawiy  yang  lalu  ditegur  oleh  Umar  ra, lalu Hassan berkata : “aku sudah baca syair nasyidah disini dihadapan orang yang lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu Nabi saw), lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata : “bukankah kau dengar Rasul saw menjawab syairku dengan doa  :  wahai  Allah  bantulah  ia  dengan  ruhulqudus?,  maka  Abu  Hurairah  ra  berkata  : “betul” (shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits no.2485)  
Ini  menunjukkan  bahwa  pembacaan  Syair  di  masjid  tidak  semuanya  haram, sebagaimana  beberapa  hadits  shahih  yang  menjelaskan  larangan  syair  di  masjid, namun jelaslah bahwa yang dilarang adalah syair syair yang membawa pada Ghaflah, pada  keduniawian,  namun  syair  syair  yang  memuji  Allah  dan  Rasul  Nya  maka  hal  itu diperbolehkan  oleh  Rasul  saw  bahkan  dipuji  dan  didoakan  oleh  beliau  saw sebagaimana  riwayat  diatas,  dan  masih  banyak  riwayat  lain  sebagaimana  dijelaskan bahwa Rasul saw mendirikan mimbar khusus untuk hassan bin tsabit di masjid agar ia berdiri  untuk  melantunkan  syair  syairnya  (Mustadrak  ala  shahihain  hadits  no.6058, sunan  Attirmidzi  hadits  no.2846)  oleh  Aisyah  ra  bahwa  ketika  ada  beberapa  sahabat yang  mengecam  Hassan  bin  Tsabit  ra  maka  Aisyah  ra  berkata  :  “Jangan  kalian  caci hassan, sungguh ia itu selalu membanggakan Rasulullah saw”(Musnad Abu Ya’la Juz 8 hal 337).
Pendapat Para Imam dan Muhaddits atas perayaan Maulid
1. Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy rahimahullah : Telah  jelas  dan  kuat  riwayat  yang  sampai  padaku  dari  shahihain  bahwa  Nabi  saw datang  ke  Madinah  dan  bertemu  dengan  Yahudi  yang  berpuasa  hari  asyura  (10 Muharram),  maka  Rasul  saw  bertanya  maka  mereka  berkata  :  “hari  ini  hari ditenggelamkannya  Fir’aun  dan  Allah  menyelamatkan  Musa,  maka  kami  berpuasa sebagai  tanda  syukur  pada  Allah  swt,  maka  bersabda  Rasul  saw  :  “kita  lebih  berhak atas Musa as dari kalian”, maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yang diberikan pada suatu hari tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan  dengan  pelbagai  cara,  seperti  sujud  syukur,  puasa,  shadaqah,  membaca Alqur’an,  maka  nikmat  apalagi  yang  melebihi  kebangkitan  Nabi  ini?,  telah  berfirman Allah  swt  “SUNGGUH  ALLAH  TELAH  MEMBERIKAN  ANUGERAH  PADA  ORANG ORANG  MUKMININ  KETIKA  DIBANGKITKANNYA  RASUL  DARI  MEREKA”  (QS  Al Imran 164)
2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah : Telah  jelas  padaku  bahwa  telah muncul  riwayat  Baihaqi  bahwa  Rasul  saw  ber  akikah untuk  dirinya  setelah  beliau  saw  menjadi  Nabi  (Ahaditsulmukhtarah  hadis  no.1832 dengan  sanad  shahih  dan  Sunan  Imam  Baihaqi  Alkubra  Juz  9  hal.300),  dan  telah diriwayatkan bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau  saw  yang  kedua  atas  dirinya  adalah  sebagai  tanda  syukur  beliau  saw  kepada Allah  swt  yang  telah  membangkitkan  beliau  saw  sebagai  Rahmatan  lil’aalamiin  dan membawa  Syariah  utk  ummatnya,  maka  sebaiknya  bagi  kita  juga  untuk menunjukkan tasyakkuran  dengan  Maulid  beliau  saw  dengan  mengumpulkan  teman  teman  dan saudara  saudara,  menjamu  dengan  makanan  makanan  dan  yang  serupa  itu  untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah  buku  khusus  mengenai  perayaan  maulid  dengan  nama  :“Husnulmaqshad  fii ‘amalilmaulid”.
3. Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) : Merupakan  Bid’ah  hasanah  yang  mulia  dizaman  kita  ini  adalah  perbuatan  yang diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan  rasa  cinta  pada beliau saw,  dan  bersyukur  kepada  Allah  dengan kelahiran Nabi saw.
4.  Pendapat  Imamul  Qurra’  Alhafidh  Syamsuddin  Aljazriy  rahimahullah  dalam kitabnya ‘Urif bitta’rif Maulidissyariif  : Telah  diriwayatkan  Abu  Lahab  diperlihatkan  dalam  mimpi  dan  ditanya  apa keadaanmu?,  ia  menjawab  :  “di  neraka,  tapi  aku  mendapat  keringanan  setiap  malam senin,  itu  semua  sebab  aku  membebaskan  budakku  Tsuwaibah  demi  kegembiraanku atas  kelahiran  Nabi  (saw)  dan  karena  Tsuwaibah  menyusuinya  (saw)”  (shahih Bukhari). maka apabila Abu Lahab Kafir yang Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dengan muslim ummat Muhammad saw yang gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi  usiaku,  sungguh  balasan  dari  Tuhan  Yang  Maha  Pemurah  sungguh  sungguh  ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya.
5.  Pendapat  Imam  Al  Hafidh  Syamsuddin  bin  Nashiruddin  Addimasyqiy  dalam kitabnya Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy  : Serupa  dengan  ucapan  Imamul  Qurra’  Alhafidh  Syamsuddin  Aljuzri,  yaitu  menukil hadits Abu Lahab 
6. Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab Sirah Al Halabiyah  Berkata  ”tidak  ilaksanakan maulid  oleh  salaf   hingga  abad  ke  tiga,  tapi  dilaksanakan setelahnya,  dan  tetap  melaksanakannya  umat  islam  di  seluruh  pelosok  dunia  dan bersedekah    pada  malamnya  dengan  berbagai  macam  sedekah  dan  memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap mereka keberkahan yang sangat besar”.
7. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah  Dalam  syarahnya  maulid  ibn  hajar  berkata  :  ”ketahuilah    salah  satu  bid’ah  hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran nabi saw”
8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah  Dengan  karangan  maulidnya  yang  terkenal  ”al  aruus”  juga  beliau  berkata  tentang pembacaan  maulid,  ”Sesungguhnya  membawa  keselamatan  tahun  itu,  dan  berita gembira dengan tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yang membacanya serta merayakannya”. 
9. Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah  Dalam  kitabnya  Al  Mawahibulladunniyyah  juz  1  hal  148  cetakan  al  maktab  al  islami berkata:  ”Maka  Allah  akan  menurukan  rahmat  Nya  kpd  orang  yang  menjadikan  hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar”.
10.  Imam  Al  hafidh  Al  Muhaddis  Abulkhattab  Umar  bin  Ali  bin  Muhammad  yang terkenal dengan Ibn Dihyah alkalbi  Dengan karangan maulidnya yang bernama ”Attanwir fi maulid basyir an nadzir” 
11. Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah Aljuzri  Dengan maulidnya ”urfu at ta’rif bi maulid assyarif” 
12. Imam al Hafidh Ibn Katsir  Yang karangan kitab maulidnya dikenal dengan nama : ”maulid ibn katsir” 
13. Imam Al Hafidh Al ’Iraqy  Dengan maulidnya ”maurid al hana fi maulid assana” 
14. Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiy Telah mengarang beberapa maulid : Jaami’ al astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al lafad arra’iq fi maulid khair al khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi. 
15. Imam assyakhawiy  Dengan maulidnya al fajr al ulwi fi maulid an nabawi 
16. Al allamah al faqih Ali zainal Abidin As syamhudi  Dengan maulidnya al mawarid al haniah fi maulid khairil bariyyah 
17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As syaibaniy  yang terkenal dengan ibn diba’  Dengan maulidnya addiba’i 
 18. Imam ibn hajar al haitsami  Dengan maulidnya itmam anni’mah alal alam bi maulid syayidi waladu adam   
19. Imam Ibrahim Baajuri  Mengarang  hasiah  atas  maulid  ibn hajar  dengan  nama  tuhfa  al  basyar  ala  maulid  ibn hajar 
20. Al Allamah Ali Al Qari’  Dengan maulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi 
21. Al Allamah al Muhaddits Ja’far bin Hasan Al barzanji Dengan maulidnya yang terkenal maulid barzanji 
23. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Jakfar al Kattani Dengan maulid Al yaman wal is’ad bi maulid khair al ibad 
24. Al Allamah Syeikh Yusuf bin ismail An Nabhaniy  Dengan maulid jawahir an nadmu al badi’ fi maulid as syafi’ 
25. Imam Ibrahim Assyaibaniy  Dengan maulid al maulid mustofa adnaani
 26. Imam Abdulghaniy Annanablisiy  Dengan maulid Al Alam Al Ahmadi fi maulid muhammadi”
 27. Syihabuddin Al Halwani Dengan maulid fath al latif fi syarah maulid assyarif
 28. Imam Ahmad bin Muhammad Addimyati Dengan maulid Al Kaukab al azhar alal ‘iqdu al jauhar fi maulid nadi al azhar 
29. Asyeikh Ali Attanthowiy  Dengan maulid nur as shofa’ fi maulid al mustofa 
30. As syeikh Muhammad Al maghribi Dengan maulid at tajaliat al khifiah fi maulid khoir al bariah.
Tiada satupun para Muhadditsin dan para Imam yang menentang dan melarang hal ini, mengenai beberapa pernyataan pada Imam dan Muhadditsin yang menentang maulid sebagaimana  disampaikan  oleh  kalangan  anti  maulid,  maka  mereka  ternyata  hanya menggunting dan memotong ucapan para Imam itu, dengan kelicikan yang jelas jelas meniru kelicikan para misionaris dalam menghancurkan Islam. 
Berdiri saat Mahal Qiyam dalam pembacaan Maulid
Mengenai berdiri saat maulid ini, merupakan Qiyas dari menyambut kedatangan Islam dan Syariah Rasul saw, dan menunjukkan semangat atas kedatangan sang pembawa risalah  pada  kehidupan  kita,  hal  ini  lumrah  saja,  sebagaimana  penghormatan  yang dianjurkan  oleh  Rasul  saw  adalah  berdiri,  sebagaimana  diriwayatkan  ketika  sa’ad  bin Mu’adz  ra  datang  maka  Rasul  saw  berkata  kepada  kaum  anshar  :  “Berdirilah  untuk tuan kalian” (shahih Bukhari hadits no.2878, Shahih Muslim hadits no.1768), demikian pula berdirinya Thalhah ra untuk Ka’b bin Malik ra.
Memang  mengenai  berdiri  penghormatan  ini  ada  ikhtilaf  ulama,  sebagaimana  yang dijelaskan  bahwa  berkata  Imam  Alkhattabiy  bahwa  berdirinya  bawahan  untuk majikannya,  juga  berdirinya  murid  untuk  kedatangan  gurunya,  dan  berdiri  untuk kedatangan  Imam  yang  adil  dan  yang  semacamnya  merupakan  hal  yang  baik,  dan berkata Imam Bukhari bahwa yang dilarang adalah berdiri untuk pemimpin yang duduk, dan  Imam  Nawawi  yang  berpendapat  bila  berdiri  untuk  penghargaan  maka  taka  apa, sebagaimana Nabi saw berdiri untuk kedatangan putrinya Fathimah ra saat ia datang, namun  adapula  pendapat  lain  yang  melarang  berdiri  untuk  penghormatan.(Rujuk Fathul Baari Almasyhur Juz 11 dan Syarh Imam Nawawi ala shahih muslim juz 12 hal 93) 
Namun  dari  semua  pendapat  itu,  tentulah  berdiri  saat  mahal  qiyam  dalam  membaca maulid  itu  tak  ada  hubungan  apa  apa  dengan  semua  perselisihan  itu,  karena  Rasul saw  tidak  dhohir  dalam  pembacaan  maulid  itu,  lepas  dari  anggapan  ruh  Rasul  saw hadir saat pembacaan maulid, itu bukan pembahasan kita, masalah seperti itu adalah masalah ghaib yang tak bisa disyarahkan dengan hukum dhohir, semua ucapan diatas adalah  perbedaan  pendapat  mengenai  berdiri  penghormatan  yang  Rasul  saw  pernah melarang agar sahabat tak berdiri untuk memuliakan beliau saw.
Jauh  berbeda  bila  kita  yang  berdiri  penghormatan  mengingat  jasa  beliau  saw,  tak terikat dengan beliau hadir atau tidak, bahwa berdiri kita adalah bentuk semangat kita menyambut  risalah  Nabi  saw,  dan  penghormatan  kita  kepada  kedatangan  Islam,  dan kerinduan  kita  pada  nabi  saw,  sebagaimana  kita  bersalam  pada  Nabi  saw  setiap  kita shalat pun kita tak melihat beliau saw.
Diriwayatkan bahwa Imam Al hafidh Taqiyuddin Assubkiy rahimahullah, seorang Imam Besar  dan  terkemuka  dizamannya  bahwa  ia  berkumpul  bersama  para  Muhaddits  dan Imam  Imam  besar  dizamannya  dalam  perkumpulan  yang  padanya  dibacakan  puji pujian untuk nabi saw, lalu diantara syair syair itu merekapun seraya berdiri termasuk Imam  Assubkiy  dan  seluruh  Imam  imam  yang  hadir  bersamanya,  dan  didapatkan kesejukan  yang  luhur  dan  cukuplah  perbuatan  mereka  itu  sebagai  panutan,  dan berkata  Imam  Ibn  Hajar  Alhaitsamiy  rahimahullah  bahwa  Bid’ah  hasanah  sudah menjadi  kesepakatan  para  imam  bahwa  itu  merupakan  hal  yang  sunnah, (berlandaskan hadist shahih muslim no.1017 yang terncantum pada Bab Bid’ah) yaitu bila  dilakukan  mendapat  pahala  dan  bila  ditinggalkan  tidak  mendapat  dosa,  dan mengadakan maulid itu adalah salah satu Bid’ah hasanah, 
Dan  berkata  pula  Imam  Assakhawiy  rahimahullah  bahwa  mulai  abad  ketiga  hijriyah mulailah  hal  ini  dirayakan  dengan  banyak  sedekah  dan  perayaan  agung  ini  diseluruh dunia  dan  membawa  keberkahan  bagi  mereka  yang  mengadakannya.  (Sirah  Al Halabiyah Juz 1 hal 137)
Pada  hakekatnya,  perayaan  maulid  ini  bertujuan  mengumpulkan  muslimin  untuk Medan  Tablig  dan  bersilaturahmi  sekaligus  mendengarkan  ceramah  islami  yang diselingi bershalawat dan salam pada Rasul saw, dan puji pujian pada Allah dan Rasul saw  yang  sudah  diperbolehkan  oleh  Rasul  saw,  dan  untuk  mengembalikan  kecintaan mereka  pada  Rasul  saw,  maka  semua  maksud  ini  tujuannya  adalah  kebangkitan risalah pada ummat yang dalam ghaflah, maka Imam dan Fuqaha manapun tak akan ada  yang  mengingkarinya  karena  jelas  jelas  merupakan  salah  satu  cara membangkitkan keimanan muslimin, hal semacam ini tak pantas dimungkiri oleh setiap muslimin  aqlan  wa  syar’an  (secara  logika  dan  hukum  syariah),  karena  hal  ini merupakan  hal  yang  mustahab  (yang  dicintai),  sebagaiman  kaidah  syariah  bahwa “Maa  Yatimmul  waajib  illa  bihi  fahuwa  wajib”,  semua  yang  menjadi  penyebab kewajiban dengannya maka hukumnya wajib. 
Contohnya  saja  bila  sebagaimana  kita  ketahui  bahwa  menutup  aurat  dalam  shalat hukumnya  wajib,  dan  membeli  baju  hukumnya  mubah,  namun  suatu  waktu  saat  kita akan  melakukan  shalat  kebetulan  kita  tak  punya  baju  penutup  aurat  kecuali  harus membeli  dulu,  maka  membeli  baju  hukumnya  berubah  menjadi  wajib,  karena  perlu dipakai untuk melaksanakan shalat yang wajib .
Contoh  lain  misalnya  sunnah  menggunakan  siwak,  dan  membuat  kantong  baju hukumnya  mubah  saja,  lalu  saat  akan  bepergian  kita  akan membawa  siwak  dan  baju kita  tak  berkantong,  maka  perlulah  bagi  kita  membuat  kantong  baju  untuk  menaruh siwak, maka membuat kantong baju di pakaian kita menjadi sunnah hukumnya, karena diperlukan untuk menaruh siwak yang hukumnya sunnah.
Maka  perayaan  Maulid  Nabi  saw  diadakan  untuk  Medan  Tablig  dan  Dakwah,  dan dakwah  merupakan  hal  yang  wajib  pada  suatu  kaum  bila  dalam  kemungkaran,  dan ummat sudah tak perduli dengan Nabinya saw, tak pula perduli apalagi mencintai sang Nabi  saw  dan  rindu  pada  sunnah  beliau  saw,  dan  untuk  mencapai  tablig  ini  adalah dengan  perayaan  Maulid  Nabi  saw,  maka  perayaan  maulid  ini  menjadi  wajib,  karena menjadi perantara Tablig dan Dakwah serta pengenalan sejarah sang Nabi saw serta silaturahmi. 
Sebagaimana  penulisan  Alqur’an  yang  merupakan  hal  yang  tak  perlu  dizaman  nabi saw,  namun  menjadi  sunnah  hukumnya  di  masa  para  sahabat  karena  sahabat  mulai banyak yang membutuhkan penjelasan Alqur’an, dan menjadi wajib hukumnya setelah banyaknya para sahabat yang wafat, karena ditakutkan sirnanya Alqur’an dari ummat, walaupun Allah telah menjelaskan bahwa Alqur’an telah dijaga oleh Allah.
Hal  semacam  in  telah  difahami  dan  dijelaskan  oleh  para  khulafa’urrasyidin,  sahabat radhiyallahu’anhum,  Imam  dan  Muhadditsin,  para  ulama,  fuqaha  dan  bahkan  orang muslimin  yang  awam,  namun  hanya  sebagian  saudara  saudara  kita  muslimin  yang masih  bersikeras  untuk  menentangnya,  semoga  Allah  memberi  mereka  keluasan  hati dan kejernihan, amiin. Walillahittaufiq
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Hubbun Nabi SAW - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger