Sarat Riwayat dan Kaya Sumber |
Tuesday, 09 July 2013 17:23 |
Dalam hal-hal yang menimbulkan pro-kontra, Abuya berpegang pada kitab-kitab yang ditulis Al-Hafizh Asy-Syami, Syaikh Najmuddin Al-Ghayti, Syaikh Ahmad Dardir Al-Maliki, Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani, Sayyid Al-Barzanji, dan ulama-ulama lainnya.
Sebagaimana dikatakan ‘Allamah Sayyid Muhammad Abdul Hayy Al-Kattani dalam kitabnya Ta`alif al-Maulidiyyah dan tukilan muqaddimah kitab Yawaqit at-Taj karya Sayyid Muhammad Al-Bagir Al-Kattani, berdasarkan pandangan Al-Hafizh As-Sakhawi dalam kitabnya Al-I’lan bit Tawbikh liman Dzamma at-Tarikh, perhatian kaum muslimin mengenai perkara-perkara nabi mereka, Nabi Muhammad SAW, tidak pernah ada pada agama lain. Tidak ada bandingannya sama sekali. Sehingga, bila ada upaya yang disengaja untuk mengumpulkan nama-nama orang yang menulis ihwal sirah Nabawiyah, niscaya hal itu akan terhimpun dalam 20 jilid atau lebih. Itu hanya untuk mengumpulkan nama-namanya.
Al-Qur’an dan hadits berbicara tentang Isra dan Mi’raj sebagai bagian dari sirah Nabawiyah. Pada kedua sumber itulah terfokus semua yang dikarang oleh para ulama mengenai diistimewakannya Nabi Muhammad SAW dengan peristiwa Isra dan Mi’raj serta kejadian-kejadian luar biasa yang disaksikan beliau ketika menjalani peristiwa terhebat itu, yang Allah tak berikan kepada seseorang pun dari para nabi dan rasul lainnya.
Adalah tradisi ilmiah yang berkembang dalam penulisan kitab-kitab keagamaan, yakni bahwa transmisi bagi penukilan sumber menjadi sebuah keberlangsungan yang terus-menerus, dengan pencermatan dan penelitian setiap pengambilannya. Demikian yang terlihat dari karya Abuya Prof. Dr. Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki, tatkala ia menulis karya berjudul Wahuwa bil Ufuq al-A’la.
Karya ini sarat dengan sumber data yang sangat kaya, sesuai kapasitas keilmuan dan wawasan Abuya Maliki dalam hal ini. Maka sungguh tepatlah jika dikatakan bahwa karya ini merupakan karya yang paling luas dan kaya narasumbernya, dan menunjukkan kredibilitas riwayat yang dipertahankan Abuya Maliki.
Wahuwa bil Uful al-A’la
Ihwal karya-karya yang menulis secara khusus perihal peristiwa Isra dan Mi’raj, dapat disebutkan sejumlah karya besar yang menginspirasi karya-karya ulama mutaakhkhirin. Di antaranya As-Siraj al-Wahhaj fi Haqa-iq al-Mi’raj, karya Al-‘Allamah Syaikh Abu Ishaq Muhammad bin Ibrahim Asy-Syafi’i An-Nu’mani (w. 819 H/1416 M), murid Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Mi’raj, karya Imam Al-Mufassir Al-Muhaddits Abu Al-Qasim Abdul Karim bin Hawazin Al-Qusyairi (w. 465 H/1073 M), yang termasyhur dengan karya agungnya yang berjudul Ar-Risalah al-Qusyairiyyah. Juga ada Risalah fi al-Mi’raj, karya Al-‘Allamah Abu Al-Hasan Ali bin Muhammad Al-Lakhmi (w. 567 H/1172 M), Al-Isra`, karya Syaikh Taqiyuddin Abu Muhammad Abdul Ghani bin Abdul Wahid Al-Maqdisi Al-Hanbali (w. 600 H/1204 M). Sebagaimana dikatakan Imam Adz-Dzahabi, Al-Hafizh Abdul Ghani telah mengumpulkan hadits-hadits tentang Isra dalam dua juz besar, dan itu butuh penelitian yang mendalam. Berikutnya juga ada Al-Ayah al-Kubra fi Syarh Qishah al-Isra`, karya Al-Hafizh As-Suyuthi (w. 911 H/1505 M). Kitab ini mencakup empat bahasan: hadits-hadits tentang Isra, hakikat Isra, sejarah Isra, dan kejadian-kejadian saat Mi’raj.
Selanjutnya ada Al-Ayat al-‘Azhimah al-Bahirah fi Mi’raj Sayyid Ahl ad-Dunya wa al-Akhirah, karya Al-Hafizh Syamsuddin Muhammad bin Yusuf Asy-Syami Ad-Dimasyqi (w. 942 H/1535 M). Syaikh Yusuf An-Nabhani memuji karya ini dengan mengatakan, “Saya belum pernah melihat kitab-kitab yang memuat kisah Isra Mi’raj yang lebih menyeluruh dan mendatangkan manfaat dibanding kitab ini.” Al-Hafizh Asy-Syami juga mengarang tema yang sama dengan judul Al-Ayat al-Bayyinat fi Mi’raj Sayyid al-Ardh wa as-Samawat. Namun sebahagian kalangan ulama menyatakan, karya ini adalah karya yang sama dengan karyanya yang berjudi Al-Ayat al-‘Azhimah, sehingga ia memiliki dua nama judul dalam satu karya yang sama.
Ada juga karya berjudul Al-Ibtihaj fi Kalam ‘ala al-Isra` wa al-mi’raj, karya Al-Musnid Al-Hafizh Najmuddin Muhammad bin Ahmad As-Sakandari Al-Ghayti. Di dalamnya, Al-Ghayti mengutip faidah yang banyak dari kitab karya Al-Hafizh Asy-Syami, sebagaimana disebut sebelum ini.
Kemudian secara berturut-turut dapat disebutkan An-Nur al-Wahhaj fi Kalam ‘ala al-Isra wa al-Mi’raj, karya Syaikh Ali Al-Ajhuri Al-Maliki, Hasyiyah ad-Dardir ‘ala al-Kabir, karya Syaikh Abu Al-Barakat Ahmad bin Muhammad Al-Maliki Al-Khalwati, An-Nur al-Wahhaj fi Qishshah al-Isra` wa al-Mi’raj, karya Al-Imam Al-Faqih Sayyid Zainal Abidin bin Muhammad Al-Hadi Al-Barzanji Al-Madani, mufti Madinah Al-Munawwarah, yang wafat pada 1171 H/1758 M, kakek Al-‘Allamah Al-Hafizh Sayyid Ja’far Al-Barzanji, pengarang risalah Maulid Al-Barzanji.
Lalu Taj al-Ibtihaj ‘ala an-Nur al-Wahhaj, karya Sayyid Ja’far bin Ismail bin Zainal Abidin Al-Barzanji, Qishah al-Mi’raj, karya Al-‘Allamah Al-Muhaqqiq Sayyid Utsman Syatha bin Muhammad Syatha` Al-Maliki, Nayl al-Muna wa Ghayah As-Saul bi Dzikr Mi’raj an-Nabiyy al-Mukhtar ar-Rasul, karya Al-Muhaddits Al-‘Arif Billah Abu Abdillah Muhammad bin Ja’far Al-Kattani, Al-Minhaj as-Sami Mukhtashar al-Mi’raj asy-Syami, karya Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani, Husn al-Ibtihaj bi al-Isra` wa al-Mi’raj, karya Syaikh Muhammad Arif Affandi Ad-Dimasyqi, Al-Mi’raj an-Nabawi, karya Al-‘Allamah Syaikh Hasan Asy-Syathi’, Hulal ad-Dibaj al-Matruzah bi Qishah al-Isra` wa al-Mi’raj, karya Al-Faqih Al-Muhaddits Ahmad bin Muhammad Ar-Rahwani At-Tahthwani.
Kemudian Dhaw‘u as-Siraj fi Fadhl Rajab wa Qishah al-Mi’raj, karya Al-‘Allamah Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi Al-Irbili, Al-Isra‘ wa al-Mi’raj al-Mu’jizat al-Kubra li Sayyid al-Anbiya‘, karya Syaikh Al-Faqih Nafi’ Al-Jauhari Al-Khafaji, Yawaqit at-Taj al-Wahhaj fi Qishah al-Isra‘ wa al-Mi’raj, karya Syaikh Muhammad Al-Baqir bin Muhammad Al-Kattani, As-Siraj al-Wahhaj fi al-Isra‘ wa al-Mi’raj, karya Sayyid Muhammad Madhi Abu Al-‘Aza‘im, Afdhal al-Manhaj fi Itsbat al-Isra‘ wa al-Mi’raj, karya Al-Muhaqqiq Syaikh Abdullah Musthafa Al-Maraghi, Al-Isra‘ wa al-Mi’raj, karya Fadhilah Al-‘Allamah Syaikh Abdul Halim Mahmud, dan masih banyak lagi.
Berangkat dari sekian banyak karya inilah, Abuya Maliki meneliti sumber, menelaah, mengambil riwayat, mengambil ikhtisar, dan menggabungkannya menjadi sebuah tulisan yang dipersembahkan bagi kita dengan sebuah buku berjudul Wahuwa bil Ufuq al-A’la.
Sebagaimana dikatakan dalam muqaddimahnya, banyak upaya yang dilakukan Abuya Maliki dalam menelaah sekian sumber yang di antaranya disebut di atas. Ia menggabungkan metode lama dan modern, dengan kekuatan sumber riwayat yang pro maupun kontra, yang menentang dan mengkritik, sehingga orang yang membacanya akan memperoleh kekayaan pengetahuan akan peristiwa Isra‘ dan Mi’raj.
Dalam hal-hal yang menimbulkan pro-kontra, Abuya berpegang pada kitab-kitab yang ditulis Al-Hafizh Asy-Syami, Syaikh Najmuddin Al-Ghayti, Syaikh Ahmad Dardir Al-Maliki, Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani, Sayyid Al-Barzanji, dan ulama-ulama yang disebutkan sebelumnya. Ia juga tak melepaskan begitu saja data riwayat yang diambilnya, melainkan juga memberi komentar untuk menjelaskan makna-maknanya dan menafsirkan hal-hal yang asing.
Di luar karya ini, Abuya Maliki juga mengarang kitab berjudul Al-Anwar al-Bahiyyah min Isra‘ wa al-Mi’raj Khayr al-Bariyyah. Teknik penulisan karya ini adalah dengan bertutur atau berkisah, dengan mengimbuhkan qashidah-qashidah bagi Nabi SAW dalam peristiwa yang dialaminya itu, dengan menambahkan kisah Mi’raj yang disampaikan Al-Barzanji yang berjudul As-Siraj al-Wahhaj.
Harapan Abuya Maliki, karya yang disebut terakhir ini dapat mengisi majelis-majelis ilmu kaum muslimin dan menghindarkan mereka dari kesibukan menghadapi kitab-kitab bohong dan bathil yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan as-sunnah.
Diharapkan, pembaca karya Abuya Maliki tidak saja memperoleh pengetahuan dari apa yang disampaikannya. Namun lebih dari itu, dapat mengikuti irama sejarah penulisan para ulama dalam mengabadikan peristiwa terhebat yang dialami Baginda Rasulullah SAW.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar