Rahasia Malam - Hubbun Nabi SAW
Headlines News :

NU

s

s

Kubah Masjid Rasulullah Muhammad SAW

Kubah Masjid Rasulullah Muhammad SAW

Shalawat Jalan Selamat

Shalawat Jalan Selamat
Home » » Rahasia Malam

Rahasia Malam

Written By ahmadmaslakhudin.blogspot.com on Sabtu, 13 Juli 2013 | 14:03


Thursday, 11 July 2013 14:42
www.majalah-alkisah.comMalam adalah waktu untuk meraih limpahan karunia Allah, baik bagi kehidupan di dunia maupun di akhirat. Kegelapan malam adalah suatu sirr (rahasia) untuk membuka dan mengungkap kegelapan bathin di bawah pancaran nur Allah ‘Azza wa Jalla.
Di antara rahasia ciptaan Allah SWT ialah diciptakan-Nya waktu yang berpasang-pasangan, yakni penciptaan malam yang berpasangan dengan siang. Penciptaan malam men­jadi sebuah rahasia tersendiri, tatkala Allah Ta’ala menyebutkan berbagai ke­jadian sangat penting di waktu malam, seperti peristiwa Isra dan Mi’raj, Lailatul Qadr, malam Nishfu Sya’ban, malam-ma­lam sepanjang Ramadhan, ibadah Tahaj­jud, dan sebagainya. Kenapa malam di­pilih bagi peristiwa-peristiwa istimewa bagi umat Nabi Muhammad SAW?
Al-Imam As-Suyuthi dalam kitabnya yang berjudul Asrar al-Kaun menukil suatu riwayat dari Al-Hakim berdasarkan hadits yang disampaikan Abu Hurairah dari Nabi SAW. Seorang laki-laki datang menghadap kepada Nabi untuk ber­tanya, “Wahai Muhammad, apakah eng­kau melihat surga itu terhampar seluas langit dan bumi? Jika demikian, di mana­kah neraka?”
Nabi SAW menjawab dengan balik ber­tanya, “Apakah engkau melihat ba­gai­mana malam menyelimuti segala se­suatu (hingga gelap tak terlihat), maka di manakah siang saat itu?”
Laki-laki itu terdiam, lalu berkata, “Sungguh Allah yang lebih tahu.”
Beliau pun melanjutkan, “Demikian­lah, Allah melakukan apa yang dikehen­daki-Nya.” (Al-Mustadrak, karya Al-Hakim, bab Iman).
Sungguhpun demikian adanya, Allah menjadikan kejadian malam dan siang sebagai bahan berpikir dengan landasan iman bagi orang-orang yang berpikir dan berdzikir atau ulul albab, sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya dalam pen­ciptaan langit dan bumi dan silih ber­gan­tinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi ulil albab. Yaitu mereka yang berdzikir mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan berbaring, seraya berpikir ten­tang kejadian langit dan bumi. Lalu mereka berkata, ‘Tuhan kami, sungguh Engkau tiada menciptakan ini semua dengan sia-sia’.” (QS Ali ‘Imran: 190-191).

Hadiah dari Allah SWT
Diciptakannya waktu siang yang te­rang benderang agar manusia dapat me­lakukan muamalah iqtishadiyah (berda­gang, berusaha, dan bertransaksi eko­nomi) dan yang lainnya dengan jelas. Waktu siang digunakan untuk mencari naf­kah untuk menghidupi diri dan ke­luar­ga dan bermuamalah di antara manusia. Urusan duniawi pada waktunya telah menguras tenaga dan pikiran sepanjang hari manusia. Banyak prestasi yang te­lah diraih, tetapi juga banyak cita-cita yang belum tercapai dan masalah yang belum dapat dipecahkan. Maka sibuklah manusia dengan alam pikirannya ten­tang hal ini. Allah SWT berfirman meng­abadikan kesibukan manusia ini dengan firman-Nya, “Sesungguhnya kamu mem­punyai kesibukan yang panjang di siang hari.” (QS Al-Muzzammil: 7).
Sedangkan malam yang gelap gulita, hening, sunyi, dan tenang, dijadikan un­tuk melakukan hubungan muamalah de­ngan Allah Ta’ala. Bathin manusia pada umumnya mudah terketuk dalam ke­sunyi­an dan kesendirian. Mereka juga le­bih mudah melakukan instropeksi dan evaluasi dari sekian aktivitasnya di waktu siang, apakah berhasil mendulang pa­hala, sebagai bekal kehidupan menda­tang.
Allah SWT, Yang Mahatahu apa-apa yang ada di bilik hati manusia, menye­diakan waktu malam bagi manusia untuk menenangkan hati dan pikiran, sambil mem­berikan ruang waktu tertentu di ba­gian malam itu untuk bermunajat ke­pada-Nya, mengadukan nasibnya dan memohon jalan keluar dari masalah yang dihadapinya. Inilah bagian dari sifat Rahman dan Rahim Allah Ta’ala.
Allah SWT mengundang Nabi Mu­ham­mad SAW di suatu malam pada bu­lan Rajab untuk menerima hadiah be­rupa perintah shalat lima waktu. Anu­gerah hadiah itu diberikan di waktu ma­lam, dan tiga di antara shalat lima waktu dipilihkan Allah SWT bagi umat Muham­mad SAW juga di waktu malam: shalat Maghrib, di awal malam, shalat Isya, di pertengahan awal malam, dan shalat Subuh, di akhir malam.
Ada satu bagian malam lagi yang Allah anugerahkan dan pilihkan bagi umat nabi yang mulia ini untuk bermes­raan de­ngan-Nya, yakni waktu sepertiga malam. Allah Ta’ala tidak menjadikan ke­wajiban padanya, melainkan sebuah pe­nawaran bagi mereka yang ingin dekat dengan-Nya. Itulah yang disebut qiyamul lail, atau mengisi waktu malam dengan banyak ibadah, seperti shalat Tahajjud, tadarus Al-Qur’an, berdzikir, berdoa, dan meng­adukan perihal kehidupan kepada-Nya.
Waktu malam yang sedemikian isti­mewa ini diberikan Allah Ta’ala, dan se­makin terasa lebih istimewa di saat ma­lam-malam bulan Ramadhan, hingga Allah akan menyandangkan kehormatan bagi siapa yang dikehendaki-Nya di Ma­lam Qadr, atau Lailatul Qadr, di penghu­jung malam bulan Ramadhan, menurut berbagai riwayat yang termasyhur. Inilah waktu yang teramat istimewa yang sung­guh sangat sayang jika terlewatkan.
Kenapa malam sedemikian istimewa untuk berkomunikasi dengan Sang Maha Pengasih? Karena Al-Qur’an menyebut­kan bahwa waktu malam itu “asyaddu wath’an wa aqwamu qila” (sangat me­nyam­bung dengan Allah, dan ucapan­nya sangat mantap), seba­gaimana ter­tuang dalam QS Al-Muzammil: 6.
(Bersambung)
Membangun Diri
Jika kaum materialis-hedonis meng­gambarkan malam sebagai waktu yang tepat untuk ajang bersosialita dalam dunia gemerlap alias dugem, yang sarat dengan kemaksiatan, makna kegulitaan malam tepat dengan realitas kegelapan hati mereka.
Sedangkan agama yang hanif ini menawarkan bagi umat Sayyidul Wujud Muhammad SAW bahwa malam adalah waktu untuk meraih limpahan karunia Allah, baik karunia bagi kehidupan di dunia maupun di akhirat. Kegelapan malam dalam konteks ini adalah suatu sirr (rahasia) untuk membuka dan meng­ungkap kegelapan bathin di bawah pan­caran nur Allah ‘Azza wa Jalla.
Salah satu ibadah di malam hari demi meraih limpahan karunia Allah ada­lah shalat Tahajjud. Sesungguhnya sha­lat Tahajjud meneguhkan iman, jiwa, dan mental seorang muslim untuk mengha­dapi masalah hidup duniawi dan lain-lain. Allah SWT berfirman, “Dan pada se­bagian malam bertahajjudlah kamu se­bagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu meng­ang­kat­mu ke tempat yang terpuji.” (QS Al-Isra’: 79).
Pada ayat yang lain disebutkan, telah disanjungkan bagi mereka yang berada dalam kesempatan menggapai ampun­an Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam surga dan dekat dengan air yang mengalir, sam­bil mengambil apa yang diberi oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum ini di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun ke­pada Allah.” (QS Adz-Dzariyat: 15-18).
Begitu juga dengan ayat berikut, “Orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat, orang yang menginfak­kan hartanya, dan orang yang memohon ampunan pada waktu sebelum fajar.” (QS Ali ‘Imran: 17).
Inilah da’bush shalihin (jalan hidup yang akrab ditempuh orang-orang sha­lih), sebagaimana yang disampaikan Nabi SAW, “Hendaklah kalian bangun malam. Sebab hal itu merupakan kebia­sa­an orang-orang shalih sebelum kalian. Wahana pendekatan diri kepada Allah SWT, penghapus dosa, dan pengusir pe­nyakit dari dalam tubuh.” (HR At-Tirmidzi).
Ulama-ulama dahulu di dalam mana­qib mereka terbiasa dengan pola hidup ini. Sebagaimana diceritakan bagai­mana Al-Imam Al-Quthb Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad terbiasa bangun malam, berziarah ke pemakaman kaum shalihin di Zanbal di tengah malam, me­menuhi kolam-kolam wudhu di masjid dengan mengisikan air ke dalamnya di tengah malam, mempersiapkan pena dan kertasnya juga di tengah malam.
Demikianlah juga apa yang kita baca dari kebiasaan Al-Imam Asy-Syafi’i, yang larut dalam tadarus Qur’an di waktu malam hingga mampu mengkhatam­kan­nya beberapa puluh kali dalam satu ma­lam saja. Belum lagi saat ia menggores­kan penanya di atas gulungan kertas demi menghasilkan karya-karya yang penuh manfaat buat kita di masa kini.
Maka di manakah kita di antara me­reka, radhiyallahu ‘anhum ajma’in?
Bicara dalam tataran fadhilah ruhiy­yah (keutamaan secara ruhani) se­ba­gaimana salafush shalih melakukannya, akan semakin dirasakan lengkap jika tataran fadhilahilmiyyah (keutamaan secara ilmu) juga kita padukan.
Menurut beberapa penelitian, ke­biasaan bangun malam untuk ber­ibadah memiliki manfaat bagi imunitas (daya tahan) tubuh terhadap berbagai penyakit yang menyerang jantung, otak, dan organ-organ tubuh yang lain. Karena orang yang bangun tidur malam hari berarti menghentikan kebiasaan tidur dan ketenangan terlalu lama, yang me­rupakan salah satu faktor pencetus ter­jadinya penyumbatan pembuluh darah. Aktivitas shalat malam, untuk mengha­dap Allah, Sang Pencipta, akan mene­nangkan hati dari segala ke­gun­dahan dan kegelisahan hidup yang dialami.
Bangun malam dapat menjadikan tubuh bugar dan bersemangat, serta ter­hindar dari penyakit punggung pada usia tua. Dalam salah satu penelitian medis terbukti bahwa orang-orang yang ter­biasa shalat malam relatif lebih aman dari serangan penyakit pada tulang pung­gung daripada orang-orang yang tidak shalat malam.
Shalat malam juga memiliki kan­dung­an aspek relaksasi yang cukup be­sar, dan memiliki pengaruh terhadap ke­jiwaan, sebagai strategi penanggulang­an adaptif pereda stres. Bahkan dapat me­numbuhkan motivasi positif, sedang res­pons emosi positif dapat menghin­dar­kan reaksi stres.
Ada yang bertanya; Kenapa harus di waktu malam semua ibadah “berat” ini dilakukan?
Allah Ta’ala berfirman pada QS Al-Muzzammil: 6-7, “Sesungguhnya ba­ngun di waktu malam, dia lebih berat, dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya bagimu di siang hari kesibukan yang panjang.”
Tidur adalah keadaan istirahat alami pada makhluk hidup, termasuk manusia. Tidur itu penting untuk kesehatan. Na­mun tidur yang dimaksud bagi kesehat­an bu­kan pada frekuensinya yang lama atau kuantitas waktunya, namun kualitas tidur itu sendiri. Di saat tidur, tanda-tanda ke­hidupan, seperti kesadaran, denyut jan­tung, dan frekuensi pernapasan meng­ala­mi perubahan, yaitu mengalami pe­nurun­an atau perlambatan. Dalam tidur normal biasanya fungsi saraf mo­torik dan saraf sensorik untuk kegiatan yang me­merlukan koordinasi dengan sis­tem saraf pusat akan diblokade atau dihambat, se­hingga pada saat tidur cen­derung tidak bergerak dan daya tanggap berkurang. Dan umumnya tidur dilaku­kan di waktu malam.
Saat bangun tidur di waktu malam, pikiran lebih terang. Bayangkan, dalam satu hari, jantung kita berdetak 100.000 kali, darah kita mengalir melalui 17 juta mil arteri, urat darah halus/kapiler, dan juga pembuluh vena. Tanpa kita sadari rata-rata sehari kita berbicara 4.000 kata, bernapas sebanyak 20.000 kali, meng­gerakkan otot-otot besar sebanyak 750 kali dan mengoperasikan 14 miliar sel otak. Dan tidur adalah istirahat yang sangat baik menurut ilmu kesehatan, karena terjadi proses pemulihan sel tu­buh, penambahan kekuatan, dan otak kita kembali berfungsi dengan sangat baik.
Sangatlah tepat jika Allah berkehen­dak agar shalat Tahajjud menjadi sema­cam sarana aktivitas yang dikerjakan se­telah tidur malam. Dengan pikiran yang se­gar, akan membantu kita lebih khusyu’ memaknai ayat-ayat Allah yang kita baca.
Satu Malam Seribu Bulan
Di antara sekian rahasia malam lain­nya adalah ketika Allah SWT menganu­gerahkan kepada umat Muhammad SAW sebuah malam bernama Lailatul Qadr. Lailatul Qadr adalah malam saat Allah menurunkan kitab suci Al-Qur’an (nuzulul Qur’an) bagi Nabi Muhammad SAW.
Dikatakan, pertama, Al-Qadr berarti malam yang bertabur kemuliaan bagi Umat Nabi SAW. Allah SWT mengang­kat umat ini dengan mukjizat beliau itu sebagai jalan hidup bagi mereka untuk mencapai kemuliaan di sisi Allah. Di tam­bah lagi, Allah juga mengangkat umat ini dengan memberi bonus yang dah­syat, yang mana ibadah satu malam men­dapatkan pahala ibadah lebih baik dari seribu bulan — seribu bulan itu sama dengan 83 tahun lebih empat bulan. Subhanallah.
Kedua, Al-Qadr mengandung pe­nger­tian taqdir, karena pada malam itu Allah menyerahkan kepada empat ma­laikat sebagai pengatur segala urusan, baik masalah kematian, hidup, rizqi, se­hat dan sakit, naik dan turun pangkat, hu­jan dan kemarau, dan lain-lain. Empat ma­laikat tersebut yaitu Jibril, Mikail, Israfil, dan Izrail.
Ketiga, Al-Qadr berarti malam yang sempit, karena turunnya rombongan ma­laikat ke dunia, sehingga penuh sesak oleh malaikat. Mereka diperintahkan un­tuk menebarkan rahmat Allah bagi orang-orang yang dikehendaki Allah, sesuai izin Allah.
Inilah segelintir saja di antara keuta­maan rahasia di balik penciptaan malam, tatkala Allah memilih sejumlah malam untuk menurunkan segala karunianya buat umat ini. Maka, pantaslah kita ber­ucap sebagaimana berucap kaum ulul albab, “Rabbana ma khalaqta hadza bathila (Duhai Tuhan kami, tiadalah Eng­kau ciptakan ini dengan kesia-siaan).”
Walhamdulillahi rabbil ‘alamin....
sumber: 
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Hubbun Nabi SAW - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger