BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar belakang
Kemahiran sesorang dalam suatu bahasa tidaklah menjamin
kemahirannya mengajarkan bahasa tersebut kepada orang lain. Mahir berbahasa
adalah satu hal dan mahir mengajarkan bahasa adalah hal lainnya. Oleh sebab itu
seorang guru bahasa Arab harus menguasai setidak-tidaknya tiga hal yaitu:
1) Kemahiran berbahasa Arab.
2) Pengetahuan tentang bahasa dan
budaya Arab.
3) Ketrampilan mengajarkan bahasa Arab.
Seperti sesorang penutur bahasa Arab asli di
Negara-negara yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa resmi belum tentu
dapat mengajarkan bahasa Arab kepada peserta didik bila tidak dibekali
pengetahuan tentang bahasa Arab dan ketrampilan mengajarkan bahasa Arab. Sama
halnya seseorang yang mengerti pengetahuan tentang bahasa Arab bila tidak
ditunjang kemahiran berbahasa Arab dan kemampuan mengajarkannya maka pengajaran
atau pembelajarannya kurang dapat memenuhi fungsi utama diajarkannya bahasa Arab
sebenarnya yaitu fungsi komunikasi. Demikian halnya tidaklah mungkin
ketrampilan mengajar bahasa Arab bisa dimiliki seseorang dengan sempurna bila
tidak punya bahan/ sumber yang memadai yaitu pengetahuan tentang bahasa Arab
serta kemahiran bahasa Arab.
- Rumusan
masalah
1) Metode apa sajakah yang digunakan
dalam pembelajaran istima’?
2) Bagaimana teknik pengajaran istima’
?
- Tujuan
1) Untuk mengetahui Metode apa yang
digunakan dalam pembelajaran istima’
2) Untuk mengetahui teknik pengajaran
istima’
BAB
II
PEMBAHASAN
- Metode dan
teknik pengajaran istima’
Salah satu prinsip lingguistik menyatakan bahwa bahasa itu
pertama adalah ujaran, yakni bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan dan bisa
didengar. Atas dasar itulah beberapa ahli pengajaran bahasa menetapkan satu
prinsip bahwa pengajaran bahasa harus dimulai dengan mengajarkan aspek-aspek
pendengaran dan pengucapan sebelum membaca dan menulis.
Dengan demikian menyimak merupakan satu pengalaman
belajar yang amat penting bagi para siswa dan seyogyanya mendapat perhatian
sungguh-sungguh dari para pengajar. Implikasinya dalam pelaksanaan pengajaran
ialah bahwa guru hendaknya memulai pelajarannya dengan memperdengarkan ujaran-ujaran bahasa Arab baik berupa
kata-kata maupun kalimat, setidak-tidaknya ketika guru memperkenalkan kata-kata
baru, ungkapan-ungkapan baru, atau pola kalimat baru.
Manfaat istima’ ini adalah membiasakan siswa mendengar ujaran
dan mengenal dengan baik tata bunyi bahasa Arab, disamping dapat menciptakan
kondisi belajar penuh gairah dan menumbuhkan motivasi dalam diri siswa.
Kemahiran menyimak pada tujuan pertama siswa dapat
mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa Arab secara tepat. Latihan pengenalan ini
sangat penting karena system tata bunyi bahasa arab banyak berbeda dengan
bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang dikenal oleh siswa. Satu keuntungan
bagi guru bahasa arab bahwa umumnya anak-anak Indonesia khususnya yang muslim
telah mengenal bunyi-bunyi bahasa arab sejak masa kanak-kanak dengan adanya pelajaran
membaga Al Qur’an dan shalat. Nmaun tidak mengurangi pentingnya latihan
tersebut, karena ternyata pengalaman mereka itu belum tuntas. Ada bunyi bahasa arab yang sama dengan bunyi
bahasa pelajar, ada yang mirip dan adayang sama sekali berbeda sehingga tidak
dikenal (asing).
- Metode
langsung (طريقة
المباشرة)
Metode
ini muncul akibat ketidakpuasaan terhadap hasil pengajaran bahasa dengan metode
gramatikal wa tarjamah. Metode ini dikembangkan atas dasar asumsi bahwa proses
bahasa belajar kedua atau bahasa asing sama dengan belajar bahasa ibu, yaitu
dengan penggunaan bahasa secara langsung dan intensif dalam komunikasi. Tujuan
metode tersebut adalah penggunaan bahasa secara lisan agar siswa dapat
berkomunikasi secara alamiah seperti penggunaan bahasa Indonesia di masyarakat.
- Metode
eklektik (الطريقة
ألإنتقائية )
Metode
eklektik ini bias menjadi metode yang ideal apabila didukung oleh penguasaan
guru secara memadai terhadap berbagai macam metode, sehingga dapat mengambil
secara tepat segi-segi kekuatan dari setiap metode dan menyesuaikannya sesuai
dengan kebutuhan program pengajaran yang ditanganinya, kemudian secara
proposional.
- Metode
audiolingual
Metode lain yang dapat digunakan selain metode langsung
selaras dengan asumsi tersebut di atas untuk khalayak sasaran yang sama pula
adalah metode audiolingual. Metode audiolinggual memiliki karakteristik
diantaranya: tujuan pengajarannya adalah penguasaan empat ketrampilan
bebrbahasa secara seimbang, diawali dengan menyimak, berbicara kemudian membaca
dan menulis. Teknik prmbelajaran secara umum yang mungkin bisa dipilih yaitu
pemberian kalimat-kalimat bahasa asing dalam bentuk percakapan untuk dihafalkan
dan dikembangkan.
Tennik-teknik pembelajaran istima’
a. Tingkat pemula
- Dengar Ucap
Teknik ini adalah langkah awal pengajaran ketrampilan,
hal ini berguna bagi siswa yang belum pernah belajar bahasa Arab. Model ucapan
dipersiapkan secara optimal oleh guru. Isi model ucapan berupa fonem, kosakata,
kalimat. Model tersebut dibacakan sementara siswa mendengarkan, kemudian
menirukan (Tarigan 1986: 52) teknik ini melatih kelancaran lidah dalam
menyebutkan huruf Arab, kosa kata dan kalimat, sekaligus melatih membunyikan
perbedaan bunyi huruf satu sama lain.
Hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru ketika
menerapkan teknik dengar ulang ucap, guru harus benar-benar mengucapkannya
dengan fasih, jika guru merasa kurang baik dalam menyebutkan huruf Arab, maka
guru dapat menggunakan tape recorder dengan mengikuti langkah berukut:
1) Guru menyiapkan abjad Arab ditulis
di papan tulis atau ditayangkan melalui layar, kemudian guru menyebutkan suara
huruf tersebut satu persatu dengan benar atau sesuai dengan makhrajnya.
2) Kemudian siswa mengikuti menyebutkan
huruf Arab dengan fasih secara berulang-ulang.
3) Setelah dirasa cukup guru
melanjutkan untuk menyebutkan kata yang sesuai dengan madnya atau panjang
pendeknya bunyi sebuah kata.
4) Kemudian diikuti oleh siswa sampai
mereka dapat menyebutkan perbedaan huruf-huruf Arab dan memahamai panjang
pendeknya bacaan tersebut.
- Dengar Tulis
Teknik dengar tulis berfungsi untuk melatih pendengaran
siswa serta ketrampilan menuliskan apa yang didengar berupa kata atau kalimat
dalam bahasa Arab. Teknik dengar tulis ini sama seperti teknik dengan ucap.
Teknik dengar tulis yaitu siswa mendengara apa yang dibacakan oleh guru
kemudian ditulis oleh siswa dibuku catatan (tarigan 1986: 55). Teknik dengar
tulis mirip dengan teknik imla’ masmu’ yang ditemukan oleh Ahmad Qadir, yaitu
guru membacakan sepotong kalimat pendek dalam bahasa Arab kemudian ditulis oleh
siswa.
Langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan kalimat pendek atau
kata yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, kemudian guru membacakan kata
atau kalimat pendek tersebut dengan pelan dan jelas.
2) Siswa menuliskan kata atau kalimat
dalam buku catatan.
3) Guru dapat melanjutkan membacakan
kata yang memiliki tingkat kesulitan atau kalimat yang sedikit panjang.
- Menemukan
Benda
Teknik menemukan benda ini bermanfaat bagi siswa untuk
melatih daya ingat siswa terhadap kosa kata yang telah dihafal, serta melatih
kecepatan merespon dan merealisasikan bunyi kosakata dengan bentuk konkrit.
Teknik menemukan benda bermanfaat bagi guru untuk melatih siswa dalam menghafal
kosakata. Jadi kosakata tidak dihafal secara terori tapi siswa mengetahui benda
tersebut. Benda yang ditempatkan tersebut mampu mengingatkan siswa terhadap
namanya dalam bahasa Arab. Langkah-langkah teknik ini berupa:
1) Guru menyiapkan benda-benda yang
familiar dan mudah ditemukan, kemudian dimasukkan dalam satu box atau kotak dan
letakkan kotak tersebut di depan kemudian guru menyebutkan nama benda tersebut
satu persatu dengan jelas (Tarigan 1986: 59).
2) Setelah itu siswa disuruh mencari
benda yang telah disebutkan namanya dalam kotak tersebut.
b. Tingkat menengah
- Dengar
Kerjakan
Teknik dengar kerjakan berguna untuk melatih pendengaran
dan pemahaman siswa terhadap pesan atau instruksi bahasa. Model ucapan
hendaklah berisi kalimat perintah atau berupa pesan yang berimplikasi pada
tindakan, (Tarigan 1986: 58) kegiatan ini dapat dimulai dari yang sederhana ke
yang lebih sulit, karena aktivitas ini membutuhkan pemusatan pikiran instruksi
atau perintah tersebut harus disesuaikan tasrifnya seperti untuk orang kedua
mudzakar, mufrad atau muannas mufrod. (Depag 1979: 133). Sebaiknya perintah
tersebut dimulai dengan perintah yang diperlukan dalam kelas atau laboraorat
dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru memerintahkan salah seorang
siswi untuk berdiri misalnya قم
2) Setelah siswa tersebut mendengar
kata perintah, maka ia akan merespon dengan mengikuti perintah dari guru, jika
ia paham, maka tindakannya akan sesuai dengan perintah.
- Bisik Berantai
Teknik bisik berantai merupakan latihan kemampuan dengar
serta latihan kemahiran menyampaikan berita / pesan kepada orang lain. Teknik
bisik berantai ini memerlukan kecermatan dan kecepatan memahami pembicaraan
orang yang kemudian disampaikan pada orang lain. Langka-langkah pengajaran:
1) Guru membagi siswa menjadi satu
baris atau dua baris, kemudian siswa yang berada di baris yang paling depan
disuruh maju menghadap guru.
2) Guru memperlihatkan kalimat pendek,
berupa pesan singkat atau perintah kepada siswa.
3) Siswa yang mendapatkan perintah atau
pesan dari guru menyampaikannya kepada siswa berikutnya dengan suara berbisik.
Begitu seterusnya.
4) Siswa yang berada di baris yang
terakhir menyebutkan pesan atau perintah dengan suara yang keras.
c. Tingkat lanjutan
- Merangkum
Media yang digunakan berupa pita kaset (cassette tape).
teknik merangkum ini merupakan latihan pemusatan menyimak
sebuah cerita yang disampaikan secara lisan, hal itu menuntut siswa untuk
memahami apa yang disimak, kemudian siswa disuruh merangkum cerita atau
karangan tersebut menjadi pendek. (Tarigan: 1986: 67). Cerita yang dibacakan
oleh guru sebaiknya menarik dan bahasanya mudah dipahami dan dibacakan atau
diceritakan secara perlahan, kalau perlu dalam menceritakannya dalam gaya atau/ mimic. Langkah
pembelajaran:
1) guru membuat sebuah cerita yang
mudah dan kisahnya sangat familiar bagi siswa contoh karangan pendek dan
sederhana:
الجموس
حيوان كبير الحجم له قرنان طويلان واربعة ارجل ولون جلده اسود ياكل الجاموس
الاعشاب ويشرب ماء من مياه الترعة ويغتسل فى النهر كل يوم يحرث الجاموس الارض ويجر
عرابات النقل ليسعد الفلاح.
2) siswa mencoba merangkum.
- Menjawab
Pertanyaan
Media yang digunakan berupa pita kaset (cassette tape).
Teknik menjawab pertanyan ini bermanfaat untuk mengetahui
apakah siswa memahami pertanyaan. Teknik menjawab pertanyaan ini merupakan cara
lain mengajarkan istima’ yaitu melaui latihan menjawab pertanyaan, apa, siapa,
mengapa, di mana, dan sebagainya. Langkah-langkahnya:
1) guru mengjukan pertanyaan yang mudah
sesuai dengan teks yang diperdengarkan.
2) Siswa menjawab dengan keras.
3) Guru juga bias menanyakan pertanyan
yang bentuknya pilihan ganda.
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
Dalam suatu
proses belajar mengajar,
dua unsur
yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek
ini saling berkaitan pemilihan salah satu metode tertentu akan mempengaruhi
jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain
yang harus diperhatikan dalam memilih media.
Metode dan teknik
pengajaran menyimak seperti yang telah kami paparkan dapat digunakan sesuai
dengan jenjang pendidikan mulai tingkat pemula, menengah dan tingkat
lanjutan.dari setiap teknik dan metode tersebut masing-masing mempunyai
kelemahan dan kelebihan.
- Saran
Seorang guru hendaknya dapat memilih metode dan teknik
mana yang cocok digunakan dalam pengajaran istima’ pada tingkat pemula,
menengah dan lanjutan, sehingga membuat para siswa tertarik dan tidak mudah
bosan terhadap proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2002. Media
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Efendy, A.Fuad. 2005. Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar