TAHLILAN - Hubbun Nabi SAW
Headlines News :

NU

s

s

Kubah Masjid Rasulullah Muhammad SAW

Kubah Masjid Rasulullah Muhammad SAW

Shalawat Jalan Selamat

Shalawat Jalan Selamat

TAHLILAN

Written By ahmadmaslakhudin.blogspot.com on Minggu, 22 April 2012 | 14:53


Pada  hakikatnya  majelis  tahlil  atau  tahlilan  adalah  hanya  nama  atau  sebutan  untuk sebuah  acara  di  dalam  berdzikir  dan  berdoa  atau  bermunajat  bersama.  Yaitu berkumpulnya  sejumlah  orang  untuk  berdoa  atau  bermunajat  kepada  Allah  SWT dengan  cara  membaca  kalimat-kalimat  thayyibah  seperti  tahmid,  takbir,  tahlil,  tasbih, Asma’ul husna, shalawat dan lain-lain.
Maka sangat jelas bahwa majelis tahlil sama dengan majelis dzikir, hanya istilah atau namanya saja yang berbeda namun hakikatnya sama. (Tahlil artinya adalah lafadh Laa ilaaha  illallah)  Lalu  bagaimana  hukumnya  mengadakan  acara  tahlilan  atau  dzikir  dan berdoa  bersama  yang  berkaitan  dengan  acara  kematian  untuk  mendoakan  dan memberikan  hadiah  pahala  kepada  orang  yang  telah  meninggal  dunia  ?  Dan  apakah hal itu bermanfaat atau tersampaikan bagi si mayyit ?
Menghadiahkan  Fatihah, atau  Yaasiin, atau  dzikir,  Tahlil,  atau  shadaqah,  atau Qadha puasanya  dan  lain  lain,  itu  semua  sampai  kepada  Mayyit,  dengan  Nash  yang  Jelas dalam  Shahih  Muslim  hadits  no.1149,  bahwa  “seorang  wanita  bersedekah  untuk Ibunya  yang  telah  wafat  dan  diperbolehkan  oleh  Rasul  saw”,  dan  adapula  riwayat Shahihain  Bukhari  dan  Muslim  bahwa  “seorang  sahabat  menghajikan  untuk  Ibunya yang telah wafat”, dan Rasulullah SAW pun menghadiahkan Sembelihan Beliau SAW saat Idul Adha untuk dirinya dan untuk ummatnya, “Wahai Allah terimalah sembelihan ini  dari  Muhammad  dan  keluarga  Muhammad  dan  dari  Ummat  Muhammad”  (Shahih Muslim hadits no.1967).  
Dan  hal  ini  (pengiriman  amal  untuk  mayyit  itu  sampai  kepada  mayyit)  merupakan Jumhur  (kesepakatan)  Ulama  seluruh  madzhab  dan  tak  ada  yang  memungkirinya apalagi mengharamkannya, dan perselisihan pendapat hanya terdapat pada madzhab Imam  Syafi’i,  bila  si  pembaca  tak  mengucapkan  lafadz  :  “Kuhadiahkan”,  atau  wahai Allah  kuhadiahkan  sedekah  ini,  atau  dzikir  ini,  atau  ayat  ini..”,  bila  hal  ini  tidak disebutkan maka sebagian Ulama Syafi’iy mengatakan pahalanya tak sampai. 
Jadi  tak  satupun  ulama  ikhtilaf  dalam  sampai  atau  tidaknya  pengiriman  amal  untuk mayiit,  tapi  berikhtilaf  adalah  pada  Lafadznya.  Demikian  pula  Ibn  Taimiyyah  yang menyebutkan 21 hujjah (dua puluh satu dalil) tentang Intifa’ min ‘amalilghair (mendapat manfaat  dari  amal  selainnya).  Mengenai  ayat  :  "DAN  TIADALAH  BAGI  SESEORANG KECUALI  APA  YG  DIPERBUATNYA,  maka  Ibn  Abbas  ra  menyatakan bahwa  ayat  ini telah  mansukh  dengan  ayat  “DAN  ORANG  ORANG  YG  BERIMAN  YG  DIIKUTI KETURUNAN MEREKA DENGAN KEIMANAN”,  
Mengenai  hadits  yang  mengatakan  bahwa  bila  wafat  keturunan  adam,  maka terputuslah amalnya terkecuali 3 (tiga), shadaqah Jariyah, Ilmu yang bermanfaat, dan anaknya yang berdoa untuknya, maka orang orang lain yang mengirim amal, dzikir dll
untuknya  ini  jelas  jelas  bukanlah  amal  perbuatan  si  mayyit,  karena  Rasulullah  SAW menjelaskan  terputusnya  amal  si  mayyit,  bukan  amal  orang  lain  yang  dihadiahkan untuk  si  mayyit,  dan  juga  sebagai  hujjah  bahwa  Allah  memerintahkan  di  dalam  Al Qur'an untuk mendoakan orang yang telah wafat : "WAHAI TUHAN KAMI AMPUNILAH DOSA-DOSA KAMI DAN BAGI SAUDARA-SAUDARA KAMI YG MENDAHULUI KAMI DALAM KEIMANAN", (QS Al Hasyr-10).  
Mengenai  rangkuman  tahlilan  itu,  tak  satupun  Ulama  dan  Imam  Imam  yang memungkirinya,  siapa  pula  yang  memungkiri  muslimin  berkumpul  dan  berdzikir?, hanya syaitan yang tak suka dengan dzikir.  
Didalam  acara  Tahlil  itu  terdapat  ucapan  Laa  ilaah  illallah,  tasbih,  shalawat,  ayat qur’an, dirangkai sedemikian rupa dalam satu paket dengan tujuan agar semua orang awam bisa mengikutinya dengan mudah, ini sama saja dengan merangkum Al Qur’an dalam disket atau CD, lalu ditambah pula bila ingin ayat Fulani, silahkan Klik awal ayat, bila anda ingin ayat azab, klik a, ayat rahmat klik b, maka ini semua dibuat buat untuk mempermudah  muslimin  terutama  yang  awam.  Atau  dikumpulkannya  hadits  Bukhari, Muslim,  dan  Kutubussittah,  Alqur’an  dengan  Tafsir  Baghawi,  Jalalain  dan  Ilmu Musthalah,  Nahwu  dll,  dalam  sebuah  CD  atau  disket,  atau  sekumpulan  kitab,  bila mereka melarangnya maka mana dalilnya ?, 
Munculkan  satu  dalil  yang  mengharamkan  acara  Tahlil?,  (acara  berkumpulnya muslimin  untuk  mendoakan  yang  wafat)  tidak  di  Al  Qur’an,  tidak  pula  di  Hadits,  tidak pula  di  Qaul  Sahabat,  tidak  pula  di  kalam  Imamulmadzahib,  hanya  mereka  saja  yang mengada ada dari kesempitan pemahamannya.  
Mengenai 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari, atau bahkan tiap hari, tak ada dalil yang  melarangnya,  itu  adalah  Bid’ah  hasanah  yang  sudah  diperbolehkan  oleh Rasulullah  saw,  justru  kita  perlu  bertanya,  ajaran  muslimkah  mereka  yang  melarang orang  mengucapkan  Laa  ilaaha  illallah?,  siapa  yang  alergi  dengan  suara  Laa  ilaaha illallah  kalau  bukan  syaitan  dan  pengikutnya  ?,  siapa  yang  membatasi  orang mengucapkan  Laa  ilaaha  illallah?,  muslimkah?,  semoga  Allah  memberi  hidayah  pada muslimin,  tak  ada  larangan  untuk  menyebut  Laa  ilaaha  illallah,  tak  pula  ada  larangan untuk melarang yang berdzikir pada hari ke 40, hari ke 100 atau kapanpun, pelarangan atas hal ini adalah kemungkaran yang nyata.
Bila  hal  ini  dikatakan  merupakan  adat  orang  hindu,  maka  bagaimana  dengan computer, handphone, mikrofon, dan lainnya yang merupakan adat orang kafir, bahkan mimbar yang ada di masjid masjid pun adalah adat istiadat gereja, namun selama hal itu  bermanfaat  dan  tak  melanggar  syariah  maka  boleh  boleh  saja  mengikutinya, sebagaimana  Rasul  saw  meniru  adat  yahudi  yang  berpuasa  pada  hari  10  muharram, bahwa Rasul saw menemukan orang yahudi puasa dihari 10 muharram karena mereka tasyakkur atas selamatnya Musa as, dan Rasul saw bersabda : Kami lebih berhak dari kalian atas Musa as, lalu beliau saw memerintahkan muslimin agar berpuasa pula” (HR Shahih Bukhari hadits no.3726, 3727).
Sebagaimana pula diriwayatkan bahwa Imam Masjid Quba di zaman Nabi saw, selalu membaca surat Al Ikhlas pada setiap kali membaca fatihah, maka setelah fatihah maka ia membaca AL Ikhlas, lalu surat lainnya, dan ia tak mau meninggalkan surat al ikhlas setiap  rakaatnya,  ia  jadikan  Al  Ikhlas  sama  dengan  Fatihah  hingga  selalu berdampingan  disetiap  rakaat,  maka  orang  mengadukannya  pada  Rasul  saw,  dan  ia ditanya  oleh  Rasul  saw  :  Mengapa  kau  melakukan  hal  itu?,  maka  ia  menjawab  :  Aku mencintai  surat  Al  Ikhlas.  Maka  Rasul  saw  bersabda  :  Cintamu  pada  surat  Al  ikhlas akan membuatmu masuk sorga” (Shahih Bukhari). 
Maka  tentunya  orang  itu  tak  melakukan  hal  tsb  dari  ajaran  Rasul  saw,  ia  membuat buatnya  sendiri  karena  cintanya  pada  surat  Al  Ikhlas,  maka  Rasul  saw  tak melarangnya bahkan memujinya. 
Kita bisa melihat bagaimana para Huffadh (Huffadh adalah Jamak dari Al hafidh, yaitu ahli  hadits  yang  telah  hafal  100.000  hadits  (seratus  ribu)  hadits  berikut  sanad  dan hukum matannya) dan para Imam imam mengirim hadiah pada Rasul saw :  Berkata Imam Alhafidh Al Muhaddits Ali bin Almuwaffiq rahimahullah : “aku 60 kali melaksanakan  haji  dengan  berjalan  kaki,  dan  kuhadiahkan  pahala  dari  itu  30  haji untuk Rasulullah saw”.  Berkata  Al  Imam  Alhafidh  Al  Muhaddits  Abul  Abbas  Muhammad  bin  Ishaq Atssaqafiy  Assiraaj  :  “aku  mengikuti  Ali  bin  Almuwaffiq,  aku  lakukan  7X  haji  yang pahalanya  untuk  Rasulullah  saw  dan  aku  menyembelih  Qurban 12.000  ekor  untuk Rasulullah  saw,  dan aku  khatamkan  12.000 kali  khatam Alqur’an  untuk  Rasulullah saw, dan kujadikan seluruh amalku untuk Rasulullah saw”.  Ia  adalah  murid  dari  Imam  Bukhari  rahimahullah,  dan  ia  menyimpan  70  ribu masalah  yang  dijawab  oleh  Imam  Malik,  beliau  lahir  pada  218  H  dan  wafat  pada 313H Berkata  Al  Imam  Al  Hafidh  Abu  Ishaq  Almuzakkiy,  aku  mengikuti  Abul  Abbas  dan aku  haji  pula  7X  untuk  rasulullah  saw,  dan  aku  mengkhatamkan  Alqur’an  700  kali khatam untuk Rasulullah saw. (Tarikh Baghdad Juz 12 hal 111). Walillahittaufiq

Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Hubbun Nabi SAW - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger